Tangerang Selatan – Para penghulu yang bertugas di berbagai Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) resah, sebab uang Jasa profesi (Jaspro) dan transport mereka tak kunjung dibayar sejak Mei 2023 silam.
Pendapatan Jaspro dan transport penghulu itu sebesar Rp225 ribu untuk 1 kali datang menikahkan pasangan pengantin di luar kantor KUA. Tiap penghulu di Tangsel rata-rata menikahkan hingga 15 kali pasangan dalam 1 bulan.
“Pertanyaannya, dikemanakan? dari bulan Mei (2023) itu ada apa? kenapa bisa terjadi seperti ini? tahun 2022 itu pernah nunggak juga, tapi itu hanya beberapa bulan, nggak lama, 2 bulan, langsung dibayar,” kata salah satu penghulu KUA di Tangsel berinisial A saat ditemui, Rabu (28/02/24).
Seluruh penghulu itu merupakan ASN golongan 3A. Sama seperti pegawai ASN lain, mereka tiap bulan mendapat gaji pokok, uang makan, uang tunjangan kinerja, lalu menerima tambahan berupa dana Jaspro dan transport.
“Kalau penghulu ada tambahan uang Jaspro dan trasnport. Nah uang ini didapatkan dari setoran PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang Rp600 ribu, jadi orang yang nikah di luar kantor, di luar jam kerja, itu kan harus bayar Rp600 ribu. Nah dari Rp600 ribu ini dikembalikan untuk Jaspro dan transport itu Rp225 ribu per 1 peristiwa (pernikahan),” paparnya.
Pendapatan tambahan berupa Jaspro dan uang transport itu sangat berdampak dalam menunjang kinerja penghulu. Sebab kata dia, para penghulu hampir sering tetap terus bekerja di hari libur, bahkan pada malam hari.
“Wajarlah kalau kita mendapatkan itu, karena kita pelayanan di luar jam kerja. Kebanyakan seperti itu, sabtu-minggu, sore, bahkan malam. Di saat orang-orang liburan, di saat orang-orang sudah sampai di rumah, kita justru masih ada pelayanan,” imbuhnya.
Kondisi demikian dialami oleh seluruh penghulu di Indonesia. Janji-janji pembayaran dari Kementerian Agama (Kemenag) tak kunjung terwujud. Mereka khawatir jika situasi ini terus berlanjut bisa mendorong munculnya praktik pungutan liar (Pungli) di lapangan.
“Kalau itu tidak dibayarkan, khawatir nanti terjadi Pungli. Karena gini, penghulu akan merasa nggak nyaman jadinya, kok penganten terus bayar Rp600 ribu ke negara tapi hak kita tidak dibayarkan,” ucap dia.
Meski begitu, A memastikan bahwa dirinya dan rekan sejawat terus berkomitmen memegang prinsip tugas yang diemban. “Kalau saya dan yang lain di Tangsel ini tetap terus bekerja melayani masyarakat walau dengan kondisi seperti ini. Tentu kita juga berharap hak-hak kita yang sudah semestinya segera diberikan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) Kota Tangsel, Khaerudin, menjelaskan jika dana Jaspro dan transport itu memang menunggak sejak lama. Namun kabar terbaru, kata dia, pencairannya segera dilakukan dalam waktu dekat.
“Sudah dijanjikan akhir Maret Insya Allah akan dicairkan,” katanya dikonfirmasi terpisah.
Kepala KUA Ciputat itu juga mengakui, jika tunggakan Jaspro dan transport membuat para penghulu di berbagai wilayah merasa gelisah. Apalagi janji-janji pembayaran sebelumnya terus mundur hingga saat ini.
“Kita sih berharap nggak (molor) ya, soalnya penghulu juga sudah gelisah, sudah galau, apalagi mau lebaran ini,” pungkasnya.













